Atmosfer Kolaboratif Seperti ini Tidak Ada di Kampus

Arif Akbarul Huda
2 min readOct 26, 2024

--

Refleksi Python Asia-Pacific Conference (PYCON APAC) 2024, pada sesi Georgi Ker sebagai berikut.

  • Komunitas open source mendorong kolaborasi bebas dan setara.
  • Motivasi utama adalah inovasi dan kontribusi tanpa pamrih.
  • Kebebasan berekspresi dan eksperimen sangat dihargai.

Mengapa atmosfer kolaboratif komunitas open source tidak saya jumpai pada lingkungan kampus?

Pertanyaan tersebut merupakan refleksi dari The Psychology Behind Open Source Leadership. Materi yang disampaikan langsung oleh Georgi Ker selaku Director & Fellow Member at Python Software Foundation dalam acara Python Asia-Pacific Conference (PYCON APAC) 2024.

Latar belakang pekerjaan saya dosen. Mungkin minoritas diantara ratusan peserta PYCON APAC. Namun saya sangat menikmati aneka materi yang dibawakan oleh para speaker. Silakan mention saya dalam komentar bila profesi kita sama, hadir dalam acara ini dan merasakan vibe yang sama.

Georgi Ker merupakan salah satu keynote speaker pada hari ke-2. Saya merumuskan banyak butir penting. Lima diantaranya sebagai berikut.

  1. Open source Python community sangat menghargai kontribusi sekecil apapun. Hal ini diekspresikan dalam cara berkomunikasi. It’s not about me, it’s abou we. Sebagai contoh, saya membuat pustaka / library ini karena performanya presisi. Badingkan dengan kalimat, kita bisa menggunakan library ini karena dapat meningkatkan performa. Dua kalimat tersebut, emitional yang tercipta rasanya berbeda.
  2. Membership, merupakan sebuah kondisi saat kita rela mengeluarkan waktu, pikiran dan energi pada pekerjaan sekaligus kita merasa bagian dari pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak energi dan dedikasi yang Kita investasikan, semakin kuat perasaan keterlibatan atau kebersamaan dengan hal tersebut.
    Membership, sebuah kondisi saat kita merasa nyaman secara emotional dan psikologis sehingga berani ambil resiko untuk mencoba hal baru. Merasa OK untuk ambil resiko meng-ekspresikan ide dan gagasan tanpa takut mendapatkan konsekuensi negatif.
  3. Leader bukanlah seseorang yang pandai speak up menciptakan pengaruh dalam sebuah cirlce. Apabila leader terlalu mendominasi sebuah cirlce, sebenarnya dia less influence. Sebaliknya, Orang cenderung lebih memilih seorang leader yang mau mendengarkan dan terbuka terhadap pengaruh, daripada seorang leader yang pikirannya sudah bulat dan tidak mau berubah. Leader yang mendengarkan dianggap lebih fleksibel, mau menerima masukan, dan mampu beradaptasi dengan situasi atau kebutuhan kelompok.
  4. Saling melengkapi, menghargai dan berkolaborasi dalam sebuah circle. From what’s wrong to what’s strong. Perbanyak menemukan kelebihan daripada kesalahan. Kondisi ini membuat para member menjadi saling menerima satu sama lain.
  5. Semakin banyak kita berbagi pengalaman satu sama lain, maka koneksi emosional terhadap circle kita semakin kuat.

Poin ke 2–6 merupakan empat elemen pondasi dalam berkomunitas. Tidak ada satupun unsur kapital. Bahkan para kontributor komunitas open source tidak pernah berpikiran berapa jumlah uang yang diperoleh.

Sesi Georgi Ker diakhiri dengan QnA. Namun pertanyaan ini tidak sempat tersampaikan.

Mengapa atmosfer komunitas open source tidak saya jumpai pada lingkungan kampus?

Barangkali pembaca bisa bantu menjawab melalui kolom komentar.

--

--

No responses yet