Bagaimana Computer Science Mengetahui Hal yang sedang Anda Pikirkan?
Pernahkah Anda diteror sebuah brand produk dalam lini masa pada media sosial? Misalnya saat Anda mencari referensi webcam pada Shopee, tiba-tiba saja tawaran berbagai produk webcam membanjiri Instagram Story. Contoh lainnya barangkali Anda pernah terkejut, merasa tidak melakukan aktifitas searchingapapun namun pada lini masa tiba-tiba muncul produk yang Anda inginkan. Lalu terheran-heran seolah internet bisa mengetahui apa yang sedang Anda pikirkan.
Fenomena ini bukan kebetulan melainkan bisa dijelaskan secara ilmiah dengan pendekatan computer science. Prinsipnya sederhana, setiap aktifitas yang Anda lakukan menggunakan gawai, selalu dicatat oleh aplikasi. Misal Anda sedang membuka browser pada smartphone dengan kata kunci webcam melalui mesin pencari Google. Tentu saja Google mencatat riwayat kata kunci pencarian ini. Selain mengenali hobi, interested topic hingga riwayat perjalanan Anda, Google juga mengetahui seberapa tertarik Anda terhadap laman web. Google melalui layanan Google Analytics, mampu memetakan perilaku seseorang selama berselancar dalam dunia maya. Terlebih apabila browser pada laptop dan smartphone menggunakan akun yang sama, semakin lengkap catatan aktifitas Anda yang direkap oleh Google.
Lain lading lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Baik Google maupun Facebook, keduanya merupakan dua raksasa perusahaan teknologi. Masing-masing memiliki backbone teknologi yang berbeda dan algoritma yang tidak sama. Namun pada prinsipnya memiliki ide serupa. Facebook melalui layanan yang disebut dengan Pixel, menerapkan berbagai algoritma canggih sehingga mampu membidik target iklan dengan tepat. Dilansir dari laman ini, Ilustrasi perbandingan salah satu layanan pada dua perusahaan raksasa IT seperti berikut.
Bagaimana cara kerjanya? Pixel menyediakan secarik baris kode yang bisa disematkan pada website. Sekumpulan kode ini bertugas merekam dan melaporkan, aktifitas apa saja yang anda lakukan pada laman website tersebut. Misalnya, Anda melihat home, menyentuh tombol keranjang, atau sekedar scroll down dengan cepat yang barangkali bisa disimpulkan bahwa Anda kurang berminat pada produk yang ditawarkan. Bahkan, melalui dashboard pengelola iklan, kita bisa melihat rangkuman data sejak iklan tayang, jumlah orang yang melihat, total orang yang berinteraksi hingga jumlah orang yang sukses bertransaksi.
Facebook merupakan induk perusahaan yang didalamnya terdapat Instagram dan Whatsapp. Jumlah pengguna produk-produk digital ini masih mendominasi penggunaan media sosial oleh masyarakat Indonesia. Tidak menutup kemungkinan data perilaku Anda diinternet terdistribusi ke semua sosial media. Sehingga jangan kaget, jika Anda sedang bercakap-cakap dengan teman melalui whatsapp tentang brand Samsung tiba-tiba pada Instagram Story muncul rekomendasi produk Samsung. Facebook yang dulu Anda kenal sebagai sarana pertemanan, sekarang bertransformasi menjadi media periklanan.
Computer Science telah mengubah perilaku manusia. Pada dunia nyata, berbagai algoritma canggih juga mulai diterapkan. Misalnya papan reklame Billboard, yang seringkali Anda kurang nyaman melihatnya, kini mulai dilengkapi dengan teknologi computer vision. Papan reklame dilengkapi dengan kamera dan peralatan canggih lain sehingga mampu menghitung berapa banyak orang yang melihat iklan tersebut. Lebih canggih lagi, apabila suatau saat nanti papan reklame mampu mengenali Anda saat sedang melihat. Tidak hanya gender laki atau perempuan, algoritma nan canggih dapat dengan mudah melacak riwayat Anda termasuk apa yang saat ini sedang Anda butuhkan. Dengan cepat, reklame akan berubah menawarkan produk yang sedang Anda pikirkan.
nb : tulisan ini telah dimuat pada harian KR pada 8 Oktober 2020, klik disini.