Mangintip Cara Kerja Supermarket Masa Depan Tanpa Kasir
Nafisha, generasi zilenial yang lahir pada generasi internet 5G. Dia sudah tidak begitu melihat tayangan televisi karena iklanya tidak bisa di-skip. Sesuatu yang sedang ingin dia tonton, tinggal menulis pada kolom pencarian. On demand. Praktis.
Hampir setiap hari dia menyaksikan layanan Go-food dan sejenisnya, masuk kedalam setiap gang pedesaan. Baginya, layanan semacam ini (delivery service) bukan hal baru. Tidak mendisrupsi apapun seperti yang dipikirkan orang tuanya.
Nafisha justru terheran saat diajak belanja ke Superxindo, kenapa orang bisa sabar dalam antrian kasir yang panjang. Toh sebenarnya beli dari rumah juga bisa. Sepulangnya dari supermarket, Nafisha googling dengan kata kuncu future shop.
Topik mengenai inovasi teknologi ini sangat menarik perhatiannya. Dia membayangkan suatu saat dapat menciptakan keranjang belanja canggih. Didalamnya tersemat embedded computer yang dilengkapi dengan camera dan sensor lain.
Meskipun awalnya berpikiran aktivitas belanja dari rumah, namun Nafisha menyadari akan kebutuhan fundamental manusia yakni jalan — jalan. Karena bagi kebanyakan orang, aktivitas jalan — jalan (termasuk shopping) bisa melepas kepenatan. Kelak dengan keranjang buatanya, ia tetap bisa mendapatkan experience berbelanja di supermarket namun dengan cara yang jauh lebih praktis.
Keranjangnya dilengkapi dengan layar monitor berukuran sedang. Bila ia berjalan pada deretan Shampo dan Sabun, akan mendapatkan notifikasi promo atau rekomendasi lain. Camera digunakan untuk scan barcode saat Nafisha memindahkan Parfum dari rak kedalam keranjang. Harganya akan muncul pada layar dan rekapitulasi total pembayaran juga diperbarui secara berkala.
Keranjang dilengkapi dengan perangkat komputasi kecil seperti Respberry atau Arduino. Perangkat ini bertugas membangun komunikasi dua arah dengan server. Keranjang juga dapat dipasangkan ( pairing ) dengan aplikasi Android untuk mengaktivasi akun personal. Dengan demikian riwayat belanja seseorang akan terekam dengan baik.
Data riwayat belanja seseorang, apabila terkumpul dalam jumlah banyak akan sangat bermanfaat untuk kepentingan bisnis berikutnya. Data yang jumlahnya besar dapat dianalisis polanya. Luaran analisis data dapat berupa informasi preferensi barang — barang yang disukai. Dengan demikian cara ini, pihak supermarket bisa membidik promosi dengan tepat.
Melalui layar monitor yang terpasang pada keranjang, Nafisha dapat memilih berbagi voucher diskon dari sponshor. Artinya dari segi bisnis, teknologi ini meng-enable peluang revenue lain. Pembayaran dapat diintegrasikan dengan Qris, kartu debet atau pilihan lainnya. Dengan demikian, selesai berbelanja kita tidak perlu lagi mengantri kasir.
Nafisha terbangun dari lamunanya. Ia tersadar, dan tidak mau terpedaya oleh ekspektasi. Ia belum pernah menemukan cerita sukses bahwasanya barang inovasi dalam negeri, bisa diterima dan diadopsi secara masif. Sebaliknya, cerita invoasi pesawat terbang N250, inovasi mobil listrik dan lainnya berujung pada buku pelajaran sejarah karena harus dihentikan situasi politik. Memang sih ada Gojek Karya Anak Bangsa, namun faktanya teknologi dan environment bisnisnya banyak impor dari luar negeri.
