Rahasia Menaklukkan Derasnya Arus Informasi
“Pak, saya bosan tugas melulu. Padahal sebenarnya sih banyak juga seminar online tapi malas mau ngapain lagi!” . Saya menarik nafas sejenak, kok bisa kejadian malah bingung gitu ya. Pikiran saya seperti ditarik ke dalam ruang sunyi dan bergumam dalam hati. Mungkin ini yang dimaksud dengan kondisi overload information, dimana seseorang memperoleh informasi yang berlebih. Alih-alih menjadi produktif yang terjadi justru mega-megap terseret derasnya arus informasi. Dua puluh menit belajar online, lima menit berikutnya panik ngikutin kabar terkini Corona. Satu jam stalking Instagram, satu jam mantengin Whatsapp, tiga jam nonton Youtube. Ahh.. bingung sendiri akhirnya, ambyar semua rencana.
Beberapa orang berhasil menaklukkan derasnya arus informasi. Mereka menangkis informasi irrelevant dengan filter batinnya sekaligus membelokkan gempuran teknologi untuk melejitkan potensinya. Satu-satunya benteng terakhir yang tersisa sebagai filter adalah mata batin kita sendiri. Bagaimana tidak, dahulu sebuah berita untuk bisa sampai ke masyarakat harus melewati proses kurasi berlapis mulai dari jurnalis, pimpinan redaksi sampai distribusi. Tapi kan sekarang ndak begitu. Siapapun bisa menulis kabar, apapun kontennya, dimanapun dan kapanpun kejadiannya langsung tersebar seantero dunia.
Apabila benteng pertahanan terakhir ini jebol, maka diantara kita yang tidak siap akan tenggelam. Dampak terburuk adalah ketidakmampuan melihat diri sendiri. Inginnya menjadi seperti orang lain, mencapai sukses dengan alat ukur yang tidak sesuai. Tenggelam dalam gempita informasi serta kecanggihan teknologi, lupa diri hingga tertutupi potensinya. Padahal Man ‘arafa nafsahu ‘arafa rabbahu, siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya.
Cara memfilter informasi
“Aduh pak saya menyerah, ada banyak tutorial sukses di skillacademy, pijarmahir, ruangguru tapi bingung mau belajar yang mana dulu. Semua materi bagus-bagus”. Ujar anak-anak kepada saya. Awas hati-hati lho, sejengkal lagi Kamu bisa tergerus derasnya arus informasi dalam wujud tutorial.
Mekanisme jaga jarak, ternyata tidak hanya berlaku fisik antara saya dan kamu, melainkan bisa juga kita terapkan dalam mindset. Perlu sesekali kita jaga jarak dengan diri sendiri. Diri kita yang antusias terhadap teknologi. Diri kita yang haus akan tutorial dan gemar berselancar dalam derasnya arus informasi. Diri kita yang mudah tertipu nafsu dalam gemerlapnya hiasan duniawi.
Melalui jaga jarak, kita dapat melihat dari kejauhan berbagai puzzle kehidupan sehingga dapat memetik banyak pelajaran. Cara ini efektif untuk membuat pikiran jadi rileks dan batin menjadi tenang, sembari me-review kemampuan diri dan capaian-capaian sejauh perjalanan hidup. Pada beberapa puzzle kehidupan tersebut mungkin kita akan tersadar bahwa tanpa campur tangan Tuhan semuanya tidak akan terjadi. Saat mendapatkan momentum ini tidak ada kata lain selain rasa syukur yang terucap, Alhamdulillahirobbilalamin.
Mindset bersyukur merupakan kata kunci yang harus selalu digali oleh setiap individu. Bersyukur bukan berarti pasrah menerima (dalam konotasi negatif). Justru sebaliknya, menyadari apa potensi yang dimiliki, kemudian diasah dan ditekuni dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian potensi kita akan melesat hebat. Otomatis informasi atau tutorial yang irrelevant akan terkuras dengan sendirinya.
Seorang pelukis itu mencurahkan karyanya dalam kanvas kosong. Seorang musisi menciptakan alunan indah dari senar gitar. Sedangkan seorang programmer memiliki RAM (Random Access Memory) yang bisa dimanipulasi menghasilkan karya hebat berbentuk digital. Mindset bersyukur harus ada sebagai pondasi dalam melakukan aktifitas sehari sehari. Syukur, pasrah dan bersungguh-sungguh letaknya bukan di belakang setelah kita berikhtiar maksimal melainkan bersamaan dalam setiap aktivitas. Sehingga jangankan sholat, bahkan belajar online, menggambar, ngoding, debugging, testing, troubleshooting pun akan bernilai ibadah. Cara pandang ini akan membawa kita selalu terhubung dengan Tuhan. Tidak perlu lagi memikirkan hasilnya apalagi nominal rupiahnya. “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Q.S. Ath-Thalaq: 2–3).
catatan : tulisan ini telah terbit pada kolom TribunJogja 22 April 2020