Tiga Tips Sukses Menjadi Konten Creator Mulai dari Nol
“Kang, saya ingin punya channel Youtube tapi bingung mau bahas apaan!?”. Seorang sahabat memulai percakapan pagi hari melalui whatsapp. Mungkin Anda juga salah satu dari banyak orang yang memiliki keinginan bisa delivery suatu hal melalui media terkini. Namun belum take action pikirannya sudah maju mundur, antara iya atau enggak, nanti begini nanti begitu.
Berbagai kecamuk pikiran serupa pernah saya rasakan sebelum benar-benar take action. Ada perasaan takut salah secara disiplin ilmu, kekhawatiran tidak ada yang menonton atau terkadang malu mendengarkan suara sendiri. Apabila kekhawatiran-kekhawatiran ini yang terus dipikirkan, kapan kita bisa segera action?
Teringat pada waktu itu, saya awali dengan berselancar lintas disiplin ilmu dalam dunia maya. Sembari mengumpulkan energi untuk mebulatkan tekad. Dari sini saya melihat berbagai kratifitas orang lain dalam mengemas konten. Ada yang dikemas dengan talkshow, review, prank bahkan banyolan konyol. Ada yang melakukan presentasi satu arah, ada juga yang membalut dengan kemasan cerita horror. Apa iya saya harus seperti mereka?
Tibalah pada satu titik, saya menyimpulkan mereka bisa produktif membuat konten karena sesuai dengan passion-nya. Alih-alih memikirkan ujungnya, saya memanfaatkan media online ini sebagai wadah untuk men-chellange, melihat kesalahan, sekaligus improvisasi diri sendiri. Domain saya adalah berusaha sebaik mungkin. Sedangkan perkara hasilnya bisa bermanfaat bagi orang lain itu adalah berkah, domainnya Tuhan.
Sekali konten dibuat, saya bisa mengukur seberapa efektif interaksinya terhadap audience. Konten berikutnya dibuat lagi berdasarkan hasil evaluasi sebelumnya. Begitu seterusnya hingga dalam tiga bulan terakhir tercatat sejumlah 13 konten podcast dengan lebih dari 1000 diputar serta tercatat terdapat lebih dari 2000 pembaca blog. Meskipun angka ini telihat kecil, namun berbagai pola yang menghasilkan angka tersebut berpotensi mendulang rupiah.
Selama perjalanan saya membangun konten mulai dari nol ini, setidaknya ada tiga pelajaran yang bisa saya petik sekaligus menjadi tips bagi pemula. Pertama, kemampuan story telling. Tentu ada tantangan sendiri bagaimana mengemas topik-topik teknis menjadi konten yang mudah dipahami. Daripada menjelaskan rumus atau teori yang audience juga belum tentu paham, bagi saya lebih asyik menceritakan pengalaman secara ekspresif atau success story sebuah kejadian berkaitan dengan terapan disiplin ilmu.
Kedua, kamampuan membangun alur cerita konten. Secara psikologis, audience konten digital cenderung lebih cepat bosan kecuali dikemas dengan alur yang bagus. Beberapa alternative konten dapat dikemas dengan jurus eksposisi, argumentasi, deskripsi atau narasi. Pemilihan jurus tentu disesuaikan dengan topik serta value yang ingin kita deliver ke audience. Beberapa konten creator bahkan saling berkolaborasi untuk menghasilkan konten bersambung, tentunya diracik dengan bumbu-bumbu konflik.
Ketiga, berkaitan dengan distribusi konten. Tidak ada platform digital yang paling bagus, melainkan masing-masing memiliki karakteristik. Youtube bagus untuk visual namun gawai harus selalu menyala. Tidak seperti podcast, yang bisa didengarkan sambal sepedaan tanpa harus mantengin layer gawai. Facebook memiliki karakteristik audience yang berbeda dengan Instagram dan Tiktok. Seperti halnya pemilihan jurus pengemasan konten, strategi distribusi konten juga perlu disesuaikan dengan topik dan target audience.
Tiga tips sukses menjadi konten creator ini bisa kita pelajari dan tekuni. Tidak ada formula yang baku untuk mendulang sukses melalui konten, melainkan kita sendiri yang harus menemukan formulanya. Last but not least, konsisten memproduksi konten adalah kunci keberhasilan melebihi tiga tips sukses diatas.
catatan : tulisan ini talah di publis pada harian TribunJogja, 22 Juli 2020