Wakil Rakyat di Indonesia Tahun 2024 pakai AI saja?

Arif Akbarul Huda
3 min readSep 21, 2023

Tahun 2024 menandai awal era yang menarik dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI) dengan generative AI muncul sebagai alat yang mungkin menggantikan peran wakil rakyat dalam beberapa konteks politik. Bagaimana peluangnya?

referensi — inews

Tentang Generative AI

Generative AI adalah subbidang AI yang bertujuan untuk menciptakan konten baru, seperti teks, gambar, atau suara, yang seolah-olah dibuat oleh manusia. Pada beberapa sektor, teknologi ini sudah berfungsi mendekati sempurna. Misalnya, dengan Canva Anda bisa dibuatkan 10 slides hanya cukup memasukkan satu kalimat. Pada dunia kreatif, sebagai content creator bisa menambahkan latarmusik sesuai suasana video yang diunggah. Dalam dunia akademis dan government, chatgpt mulai lazim digunakan untuk men-generate draft proposal.

Apabila dikatikan dengan pemerintahan maka teknologi ini dapat menghasilkan pidato, dokumen kebijakan, dan bahkan argumen berdasarkan data dan pola yang telah ada. Berikut ulasan mendetailnya.

referensi — https://chat.openai.com/share/d5a5da2f-9795-4408-9bfe-50732f586312

A. Penciptaan Materi Kebijakan

Meskipun belum sempurna, Generative AI dapat menciptakan teks kebijakan dengan cepat berdasarkan data dan input yang telah ada. Ini mempercepat proses perumusan kebijakan dan memungkinkan pembuatan dokumen-dokumen yang lebih lengkap dan informatif.

B. Analisis Data yang Mendalam

Generative AI mampu menganalisis data politik dalam skala besar dan mengidentifikasi tren serta pola yang mungkin sulit untuk dideteksi oleh manusia. Misalnya Drone Emprit, yang sangat terkenal di Indonesia dapat berfungsi sebagai seeding information yang selanjutnya oleh AI dianalisis dan disajikan insightnya. Hal ini dapat membantu dalam mengembangkan kebijakan yang lebih berdasarkan bukti.

C. Uji Kebijakan Otomatis

Generative AI juga dapat digunakan untuk menghasilkan argumen dan kontra-argumen dalam diskusi politik. Keunggulan AI ini dapat digunakan sebagai platform di mana kebijakan diuji dan dibahas secara otomatis.

Karena berbagai keunggulan tersebut, bagaimana bila Wakil Rakyat cukup digantikan dengan bot berteknologi AI ?

Tantangan dalam Penggantian Peran Wakil Rakyat oleh Generative AI

Meskipun generative AI memiliki potensi besar, ada sejumlah tantangan penting juga harus perhatikan.

A. Pertimbangan Etis

Pengambilan keputusan politik seringkali melibatkan pertimbangan etis dan nilai-nilai yang kompleks. Generative AI mungkin tidak dapat memahami nuansa ini sepenuhnya dan menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat.

B. Pengawasan dan Akuntabilitas

Dalam sistem demokratis, wakil rakyat terpilih bertanggung jawab kepada pemilih mereka dan dapat diawasi oleh masyarakat. Dalam kasus generative AI, pertanyaannya adalah bagaimana mengawasi dan mengontrol algoritma yang menghasilkan kebijakan. Diperlukan kerangka kerja pengawasan yang ketat.

Cerita sejarah saja bisa disetting sedemikian rupa tergantung pada siapa yang berkuasa, apalagi teknologi digital. Mungkin bisa hilang dalam hitungan jam melalui operasi intelijen.

C. Ketergantungan pada Teknologi

Ketergantungan pada generative AI meningkatkan risiko terhadap gangguan teknis atau serangan siber yang dapat mengganggu proses politik. Keamanan dan ketahanan generative AI menjadi faktor penting.

Pendekatan yang Bijaksana

Penggantian peran wakil rakyat oleh generative AI memerlukan pendekatan yang bijaksana. Sebaiknya AI digunakan untuk menginformasikan kebijakan, sementara keputusan akhir tetap di tangan manusia yang memahami konteks sosial, budaya, dan etika yang terlibat. Pengawasan yang ketat dan regulasi yang tepat diperlukan untuk memastikan bahwa generative AI digunakan secara etis dan transparan.

Mungkin hal ini dipandang sebelah mata bagi sebagian orang, namun rasanya pemerintah harus mulai memikirkan opsi ini.

--

--